Kalkuta, India –TAMBANG. Usaha Coal India untuk mengimpor batu bara secara langsung, membuahkan hasil setelah mencoba selama empat tahun. Tahap pertama pengiriman sebanyak 1,7 lakh ton (170.000 ton) telah mencapai Pelabuhan Mundra, sumbernya dari Indonesia.
Impor batu bara itu ditangani oleh MMTC, BUMN milik Pemerintah India, khusus untuk perdagangan di luar negeri. Batu bara itu selanjutnya akan disalurkan ke Neyveli, kota tambang dan pembangkit listrik di Kabupaten Cuddalore, negara bagian Tamil Nadu. Sisanya dikirim ke dua pembangkit swasta, Talwandi Sabo dan Nawa, terletak di negara bagian Punjab.
Coal India merupakan BUMN yang memonopoli pengadaan batu bara di India. Pada awalnya, perusahaan pelat merah ini ingin mengimpor 5 juta ton untuk pelanggannya. Namun akhirnya yang diimpor hanya 0,5 juta ton karena kurangnya minat dari calon pembeli.
‘’Kami sudah meneken kontrak pembelian sebanyak 0,5 juta ton batu bara untuk pembeli kami. Dua merupakan perusahaan swasta, dua lainnya milik pemerintah. Sebuah perusahaan lain sudah memesan dalam jumlah tidak banyak. Tetapi karena kecilnya jumlah pesanan, kami tidak berhasil mendapatkan mitra di luar yang bersedia menjual dalam jumlah kecil itu,’’ kata seorang pejabat Coal India kepada wartawan koran India, The Economic Times.
Sebanyak 330.000 ton lainnya akan diimpor tahun ini juga. ‘’Kami berharap, jumlahnya bertambah, karena akan lebih banyak pembangkit berbahan bakar batu bara segera beroperasi,’’ lanjutnya.
Coal India mendapat perintah untuk mengimpor batu bara untuk keperluan pelanggannya, demi memenuhi kebutuhan listrik nasional. Coal India memutuskan hanya akan mencarikan batu bara bagi perusahaan yang bersedia membayar di muka.
Meski semula terdapat 40-50 perusahaan yang menunjukkan minat, hanya lima yang akhirnya meneken kontrak pembelian. Tidak mudah pula bagi Coal India untuk mendapatkan mitra bonafid. Perusahaan tambang membutuhkan beberapa tahun untuk memenuhi kontrak jangka panjang dengan pembeli di luar negeri.
Konsumen terbesarnya, NTPC Limited, semula juga berniat membeli batu bara yang diimpor Coal India, dengan skema kontrak jangka panjang, 10 tahun. NTPC merupakan BUMN terbesar yang mengelola pembangkit listrik, bernaung di bawah Kementerian Sumber Daya. Namun, pemilik sumber batu bara hanya bersedia membuat kontrak jangka panjang asal harganya premium. NTPC tidak bersedia, karena hanya mau membeli sesuai harga pasar. Akhirnya NTPC memutuskan batal membeli.
Sumber gambar: BBC.Co.UK