Jakarta, TAMBANG – PT Ceria Nugraha Indotama (CNI) berencana menggunakan pembangkit listrik energi baru dan terbarukan untuk smelter nikel di Blok Lapao-Pao, Wolo, Kolaka, Sulawesi Tenggara. Smelter berteknologi Rotary Kiln Electric Furnace (RKEF) ini berasal dari Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) dan Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB).
“Untuk pembangkitnya kita dari green energy dari power plant yang di PLTA dan wind power plant (PLTB) dan itu ada di sekitar daerah Sulawesi. Kita fokusnya ya memang itu green energy,” ujar Sekretaris Perusahaan, Imelda Kiagoes saat ditemui di Jakarta, dikutip Kamis (3/8).
“Itu dari PLN-nya. Saat ini kita masih bernegosiasi dengan PLN terkait hal itu, intinya kita akan didukung,” beber dia.
Smelter RKEF yang dibangun CNI memiliki 4 jalur produksi dengan kapasitas mencapai 252 ribu ton feronikel per tahun. Menurut Imelda, jalur pertama ditargetkan berproduksi pada Agustus 2024.
“Nah line 1 rencana selesainya Juni 2024. Itu untuk cold commissioning. Hot commissioning-nya itu Agustus 2024. Produksinya di Agustus,” ucap dia.
Smelter RKEF jalur satu nantinya akan memproduksi feronikel untuk kebutuhan industri baja tahan karat atau stainless steel.
Di sisi lain, CNI juga tengah membangun smelter nikel berteknologi High Pressure Acid Leaching (HPAL) untuk kebutuhan bahan baku baterai kendaraan listrik.
Smelter HPAL CNI berkapasitas 308 ribu ton Mix Hydroxide Precipitate (MHP) per tahun. Smelter tersebut ditargetkan selesai pada tahun 2026.
Diketahui, ekspansi bisnis ke bahan baku baterai ini dilakukan lantaran perusahaan memiliki sumber daya yang mumpuni.
Juga sebagai komitmen CNI dalam mendukung percepatan ekosistem Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (KBLBB) dalam transisi energi karena sudah ditetapkan sebagai Proyek Strategis Nasional (PSN).
“Jadi PSN dan objek vital nasional jadi kebanggaan kita semua ya. Dengan dicanangkan demikian kita juga harus membuktikan bahwa kita betul progresnya ke arah pembangunan smelter,” tandasnya.