Jakarta-TAMBANG. Perusahaan tambang bauksit sekaligus pemilik 30% saham di refinery alumina PT Cita Mineral Investindo (CITA) mulai bangkit. Manajemen perusahaan pun optimistis menatap 2017. Setelah dua tahun berturut-turut tidak mencatat pendapatan sebagai dampak kebijakan larangan ekspor bijih bauksit, tahun ini salah satu produsen bauksit terbesar di Indonesia ini mulai membukukan pendapatan.
Hal ini disampaikan Direktur CITA Yusak Pardede. Dia menjelaskan pada tiga bulan pertama tahun ini, perseroan telah mencatat pendapatan seiring beroperasinya kembali tambang bauksit seiring beroperasinya pabrik pemurnian bauksit.
“Di triwulan I 2017, penjualan bersih capai Rp130,3 miliar dan laba bruto meningkat signifikan 433% menjadi Rp35,5 miliar,” terang Yusak dalam paparan publik di Jakarta, Kamis (8/6).
Sejak beroperasinya refinery tahap I, perusahaan kembali memproduksi bauksit dari tambangnya untuk memenuhi kebutuhan bahan baku refinery tersebut. Yusak juga mengaku Perusahaan semakin yakin setelah Pemerintah membuka kesempatan ekspor bauksit kadar rendah. Sesuai Keputusan Menteri ESDM No.1051K/tahun 2017, Pemerintah membuka kesempatan pada perusahaan tambang yang telah membangun smelter untuk mengekspor bauksit kadar rendah.
Ekspor ini akan dilakukan setelah perusahaan mendapat rekomendasi dari Kementrian ESDM setelah memenuhi beberapa persyaratan. Salah satunya telah membangun smelter. Sayangnya sampai sekarang CITA belum kunjung mengajukan permohonan rekomendasi ekspor. Namun menurut Yusak, pihaknya sedang mempersiapkan segala persyaratan.
seperti diketahui sejak 12 Januari 2014 Perusahaan tambang mineral termasuk tambang bauksit mendapat tantangan besar. Saat itu Pemerintah melarang ekspor bauksit sebagai bagian dari kebijakan peningkatan nilai tambah. Prusahaan tambang mineral diwajibkan melakukan kegiatan pengolahan dan pemurnian dalam negeri dan hanya bisa mengekspor produk pemurnian.
Dampaknya banyak perusahaan tambang bauksit yang akhirnya memutuskan untuk menghentikan sementara aktivitas produksi. Ini juga yang dilakukan anak usaha PT Cita Mineral Investindo (CITA) yakni PT Harita Prima Abadi Mineral.
CITA kemudian menggandeng mitra dari Cina untuk membangun refinery di Kendawangan, Kalimantan Barat. Refinery ini dibangun PT Well Harvest Winning Alumina Refinery (WHW). Di perusahaan tersebut CITA menguasai kepemilikan saham sebesar 30%, China Hongqiao Group Limited 56%, Winning Investment (HK) Company Ltd 9%, dan Shandong Weiqiao Alumunium and Electricity Co LTd sebesar 5%.
Saat ini, refinery line I sudah mulai produksi sejak September 2016 dengan kapasitas sebesar 1 juta ton. Pada awalnya direncanakan akan membangun dua line dengan total kapasitas 2 juta ton. Namun sampai sekarang perusahaan belum memutuskan kapan pembangunan refinery tahap kedua ini dilaksanakan.
–