Beijing, TAMBANG. CINA akan memangkas tarif ekspor batu bara mulai 1 Januari mendatang, dan menyesuaikannya dengan tarif ekspor komoditi lain, sebagai upaya untuk memperbaiki perdagangan dan mendorong pertumbuhan ekonomi.
Sebagaimana diberitakan kantor berita Reuters hari ini, pemangkasan tarif ekspor batu bara ini dilakukan setelah lobi intensif oleh Asosiasi Batu Bara Nasional Cina. Anjloknya harga batu bara membuat sekitar 70% perusahaan tambang di dalam negeri Cina dan lebih dari separuhnya mengutang upah ke buruhnya.
Tetapi, pemangkasan tarif ekspor ini diduga hanya akan sedikit membantu kenaikan harga, karena beberapa komoditi, seperti batu bara dan karet, juga menghadapi masalah lain.
‘’Biaya produksi batu bara di Cina terlalu tinggi. Tidak mungkin bisa bersaing dengan penambang dari manca negara, pada saat harga rendah seperti sekarang ini,’’ kata Thomas Deng, analis batu bara pada lembaga konsultan HIS-C1 Energy di Guangzhou. Biaya produksi batu bara di Cina dinilai jauh lebih tinggi ketimbang di Indonesia maupun Australia.
Tarif ekspor batu bara yang tidak diolah akan dipotong menjadi 3%, dari sebelumnya 10%. Tarif impor feronikel juga akan dipangkas. Tarif impor karet juga akan dinaikkan, menjadi 1.500 yuan (US$ 242) tiap ton dari 1.200 yuan. Revisi ini diperkirakan tak hanya akan memberatkan perdagangan dengan Thailand, melainkan juga bisa merepotkan industri ban domestik.
Kenaikan tarif impor karet dilakukan untuk membantu petani lokal. Tetapi mengingat para petani karet dewasa ini berbondong-bondong tinggal di kota, meninggalkan lahan pertaniannya demi upah yang lebih baik, kebijakan kenaikan tarif impor diperkirakan tak akan banyak berdampak.
Kementerian Keuangan juga akan memangkas pajak impor untuk feronikel dan ferokrom, yang saat ini ditetapkan 1%.
Kebijakan ini dikhawatirkan akan makin memukul produsen nickel pig iron lokal. Selama ini mereka telah memangkas produksinya, karena lemahnya permintaan domestik. Nickel pig iron merupakan bahan penting untuk membuat baja tahan karat, dipakai sebagai pengganti feronikel, yang dibuat dengan biaya lebih murah.
Pemangkasan tarif impor ini akan membantu perusahaan Cina yang telah berinvestasi cukup besar di Indonesia dengan membangun industri pengolahan, menyusul larangan ekspor mineral mentah oleh Pemerintah Indonesia.
Berbagai pajak impor lain, seperti perangkat untuk komunikasi fiber optik, peralatan canggih pembuat suku cadang mobil listrik, juga dipangkas.
Sumber foto: en.wikipedia.org. Keterangan: Para pekerja di dekat PLTU di Cina.