Jakarta, TAMBANG – PT Ceria Nugraha Indotama (Cerindo) menggelontorkan dana investasi sebesar Rp10 triliun untuk membangun smelter. Angka tersebut muncul setelah Cerindo meneken kontrak kerangka kesepakatan alias Framework Agreement dengan dua kontraktor asal China, yaitu WISDRI Engineering and Research Incorporation Limited, dan China ENFI Engineering Corporation.
“Kami percaya dengan menggandeng kedua perusahaan ini kami bisa menyelesaikan proyek pembangunan smelter dengan anggaran sekitar Rp10 triliun sesuai dengan jadwal yang ditetapkan oleh pemerintah,” kata Direktur Utama PT Ceria, Derian Sakmiwata melalui siaran resminya, Rabu (31/10).
Menurutnya, sesepakatan kerangka kerja akan ditindaklanjuti dengan perjanjian rekayasa, pengadaan dan konstruksi atau engineering procurement construction (EPC) pada Desember mendatang. Ditargetkan, kegiatan EPC bisa dimulai pada Januari 2019.
Selain pembangunan smelter, kedua perusahaan asal China itu juga akan bermitra untuk pengembangan pembangkit listrik serta sarana pendukung di lokasi smelter milik PT Ceria, yang berada di Kecamatan Wolo, Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara.
“Kedua perusahaan ini memiliki kemampuan teknis dan pengalaman dalam membangun smelter dan pembangkit listrik,” beber Derian.
Sebagaimana diketahui, pemerintah mewajibkan setiap perusahaan yang mengekspor konsentrat dan mineral kadar rendah, untuk membangun pabrik pengolahan dan pemurnian di dalam negeri. Perkembangan pembangunan akan dipantau setiap satu semester.
Sebelumnya, WISDRI Engineering pernah menangani proyek yang sama di Morowali, Sulawesi Tengah. Sedangkan China ENFI merupakan perusahaan yang punya portofolio membangun smelter dengan teknologi rotary kiln electric furnace (RKEF) di Myanmar.
Saat ini, PT Ceria tengah mengembangkan smelter feronikel untuk bahan baku galvanise dan baja nirkarat. Diproyeksikan juga, PT Ceria akan membangun pengolahan nikel kobalt untuk bahan baku baterei isi ulang.