Beranda ENERGI Energi Terbarukan Cara Jitu Keluar Dari Krisis Harga Batu Bara

Cara Jitu Keluar Dari Krisis Harga Batu Bara

Jakarta-TAMBANG. Memasuki semester kedua 2015, sektor batu bara belum mengalami perbaikan. Per Agustus 2015, harga batu bara acuan bahkan kembali turun tipis di kisaran US$ 56 per ton. Harga ini akan semakin rendah terutama untuk batu bara dengan kalori rendah.

 

Tak ayal banyak perusahaan batu bara nasional kini mulai berpikir untuk gulung tikar. Harga jual yang rendah tak sebanding dengan ongkos produksi yang semakin tinggi. Apalagi pasar mancanegara mulai mengetatkan permintaan mereka, seiring dengan melemahnya pertumbuhan ekonomi dan isu lingkungan.

 

Direktur Utama Clean Power Indonesia, Jaya Wahono memberikan saran agak nyeleneh bagi perusahaan tambang batu bara yang mulai kesulitan beroperasi. Menurutnya, sekarang saatnya era batu bara, terutama yang berkalori rendah mulai dihentikan. Konsesi tambang batu bara yang menganggur, kata Jaya, bisa dimanfaatkan untuk mengembangkan komoditas yang lebih bermanfaat.

 

Salah satu yang ia usulkan adalah bambu. Clean Power Indonesia merupakan pengembang swasta yang berfokus pada pembangunan pembangkit listrik terbarukan, terutama dengan biomassa dari bambu. Kebutuhan bambu sebagai sumber energi menurutnya amat tinggi. Per 1 MW, bambu yang dibutuhkan mencapai 30 ton per hari atau sekitar 10800 ton per tahun untuk menjalankan listrik per 1 MW.

 

“Harga batu bara kalori rendah sekarang kan paling besar US$ 20 per ton. Sedangkan harga bambu per tonnya maksimal US$ 30 . Lebih baik mereka jual bambu saja ke saya dibanding jual batu bara,” kata Jaya kepada Majalah TAMBANG, Rabu (12/8).

 

Cara ini efektif untuk menghidupkan lahan bekas tambang yang selama ini ditinggal begitu saja oleh perusahaan batu bara yang tidak bertanggung jawab. Lantaran harga jatuh, perusahaan memutuskan tutup tanpa melakukan rehabilitasi dan reklamasi lahan. Bambu merupakan komoditas yang mudah hidup di lahan dengan karakter apapun dan strategis dimanfaatkan sebagai sumber bioenergi untuk pembangkit listrik.

 

“Era batu bara sudah berakhir. Indonesia akan kesulitan apabila menggantung diri pada komoditas ini seterusnya karena akan ada masa habis. Sementara bambu tidak, ini bagaikan menambang seumur hidup,” ujar Jaya.