Jakarta, TAMBANG – PT PLN Persero tengah membangun sejumlah pembangkit listrik yang bersumber dari energi baru dan terbarukan (EBT) untuk mewujudkan net zero emission pada tahun 2060. Di sisi lain, perusahaan listrik pelat merah ini juga berencana membangun pembangkit yang bisa terhubung antar pulau.
Direktur Transmisi dan Perencanaan Sistem PLN, Evy Haryadi menyebut pembangunan interkoneksi lintas pulau tersebut sedang tahap penjajakan. Katanya, untuk membangun pembangkit Jawa-Bali saja pihaknya butuh dana investasi sekitar USD2,9 miliar atau Rp 43,7 triliun (kurs Rp 15,077.5 per dollar).
“Investasinya cukup besar,misalnya interkoneksi terkait Jawa-Bali connection itu sekitar USD2,9 miliar, termasuk membangun jaringan dari pusat renewable dan biasanya remote,” ungkap Evy usai acara The 11th Indonesia EBTKE ConEx 2023 di ICE BSD, Tangerang Selatan, Rabu (12/7).
Pun dengan pembangunan jaringan Jawa-Sumatra membutuhkan dana yang sama yakni USD 9,2 miliar. Keduanya akan dilengkapi transmisi backbone atau jaringan yang menghubungkan sekian banyak jaringan dengan kecepatan tinggi lewat gateway.
“Jadi sekarang kita punya transmisi backbone ditambah interkoneksi Jawa-Sumatra itu sekitar USD 2,9 miliar,” beber dia.
Untuk mewujudkan mimpi besar itu, PLN, imbuh dia, punya beberapa strategi terutama soal pendanaan. Kata Evy, prospek bisnis EBT di masa depan akan semakin diminati dan murah maka akan banyak pula investor yang mau mendanai proyek ini termasuk dengan lembaga internasional dan Just Energy Transitions Partnership (JETP).
“Pendanaan di green financing itu semakin kedepan makin banyak dan murah, maka saat ini kita sedang menjajaki berbagai macam kerja sama dengan Lembaga internasional termasuk dengan JETP,” ucap dia.
“JETP juga memberikan bantuan sebesar USD 20 miliar di mana USD10 miliar itu adalah publik dan USD 10 miliar komersial,” pungkasnya.