Jakarta,TAMBANG, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) lewat Pusat Teknologi Pengembangan Sumberdaya Mineral (PTPSM) telah melakukan audit teknologi atas pilot plant STAL. Teknologi Step Temperature Acid Leach (STAL) sendiri merupakan salah satu teknologi pengolahan nikel secara khusus nikel kadar rendah. Teknologi ini dikembangkan oleh PT Trinital Metals and Minerals,Tbk (TMM). Teknologi ini dimiliki oleh PT Hydrotech Metal Indonesia (HMI) selaku entitas anak perusahaan PT TMM.
Audit teknologi ini dilakukan untuk mengetahui posisi teknologi ini diantara teknologi pengolahan nikel laterit. Juga memberi masukan terkait dengan penggunaan teknologi tersebut. Dari hasil audit tersebut ada beberapa hal yang disampaikan.
Di tahap proses pelindian, teknologi ini dapat menghasilkan recovery nikel mulai dari 89% sampai 91% dan untuk kobalt mencapai 90% sampai 94%. Hasil ini lebih tinggi dari teknologi Atmospheric Leaching (AL) yang bisa menghasilkan recovery nikel diangka 50% sampai 70%. Akan tetapi masih lebih rendah dari yang dihasilkan teknologi high pressure acid leaching (HPAL) yang mencapai 94% sampai 96%.
Selain itu pilot plant STAL ini telah mampu menghasilkan Mixed Hydroxide Precipitate (HMP) dengan kandungan nikel mencapai lebih dari 35%. MHP inilah yang digunakan sebagai bahan baku pembuatan baterai mobil listrik.
BPPT juga menyampaikan rekomendasi agar pilot plant ini terus dilakukan uji coba berkala secara kontinyu dan terkontrol. Tujuannya agar produk yang dihasilkan dapat lebih optimum dan stabil. Perlu juga dilengkapi sistem kontrol sehingga peralatan dan proses dapat berjalan dengan otomatis.
Selain itu pada proses system kontrol diperlukan untuk monitoring gas buang sekaligus untuk dapat meningkat keamanan dan ketahanan alat. Hal ini penting karena system bekerja dengan larutan asam dengan pH rendah.
BPPT juga menilai manajemen pengolahan limbah juga diperlukan. Karena jumlah residu yang dihasilkan dari proses pengolahan bijih laterit nikel berjumlah sangat banyak.
BPPT juga menyebut monitoring kualitas feed bijih nikel, produk antara serta residu yang dihasilkan harus rutin dilakukan secara rutin. Ini menjadi bagian dari control kualitas dan pemantauan limbah. Juga perlu dilengkapi dengan laboratorium yang dapat digunakan melakukan pengujian dasar.
Untuk penerapan dalam skala besar, BPPT menilai perlu kapasitas alat dan desain yang perlu disesuaikan dengan tingkat keekonomian.
Kepala BPPT Hammam Riza mengapresiasi penerapan teknologi yang dibangun oleh PT TMM. “Pilot plant pengolahan nikel skala kecil ini dapat digunakan untuk mengolah bijih nikel laterit menjadi MHP yang merupakan komponen baterai listrik,”tandas Hammam saat mengunjungi .
Ia pun berharap kerjasama ini tidak hanya berhenti pada tahap audit teknologi saja, namun dapat berlanjut hingga kearah komersialisasi.
Sementara Direktur Utama PT TMM Petrus Tjandra mengapresiasi kerjasama pihaknya dengan BPPT. “Kami merasa bersyukur dan mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada BPPT, beserta segenap jajaran pusat Teknologi Pengembangan Sumberdaya Mineral (PTPSM) dan pusat layanan Teknologi, yang telah terlibat dalam mendukung terselenggaranya audit terhadap teknologi STAL ini,”tandas Petrus.
Indonesia menurut Petrus butuh kehadiran inovasi-inovasi teknologi pengolahan nikel seperti teknologi STAL. “Sebuah teknologi anak bangsa yang mampu memanfaatkan kekayaan alam di bumi Indonesia, dengan mengolahnya untuk menghasilkan produk yang memiliki nilai tambah (added value),”tandas Petrus.