Jakarta, TAMBANG – Direktur Utama PT Pertamina Persero, Nicke Widyawati mengungkapkan alasan ketertarikannya menggarap lapangan gas abadi Blok Masela di Maluku. Selain potensi gasnya yang melimpah, lokasinya yang berada di Indonesia Timur juga menjadi pertimbangan utama untuk mengelola blok tersebut.
“Ini kan posisinya di Indonesia Timur, di mana kita kembangkan tentu kita berharap terjadi pemerataan di Indonesia Timur,” ungkap Nicke dalam RDP dengan Komisi VII DPR, Rabu (30/8).
Menurut dia, dengan digarapnya Blok Masela oleh Pertamina maka ekonomi di daerah tersebut akan ikut tumbuh. Karena ekonomi di sana juga ekosistemnya akan tumbuh, sehingga bisa mendorong pertumbuhan ekonomi di daerah sana,” beber dia.
Sementara dari sisi cadangan gas, Blok Masela menurutnya berpotensi menjaga ketahanan gas nasional termasuk mendukung proses transisi energi. kata dia, gas adalah salah satu sumber daya energi yang paling cocok digunakan dalam masa transisi ini.
“Kita yakini ini dapat menjaga ketahanan suplai gas nasional dan transisi energi. kita beradaptasi menjalankan transisi energi dan kita meyakini gas adalah bridging fuel,” beber dia.
Alasan lainnya lantaran pengelolaan Blok Masela akan dibarengi dengan pemanfaatan teknologi carbon capture utilization and storage (CCUS).
“Masela menjadi proyek pertama yang menerapkan CCUS. Jadi pemerintah dalam mengeluarkan regulasi baru bulan Februari di mana gas processing di upstream ini harus melakukan CCUS sehingga yang dihasilkan adalah blue energy,” ucapnya.
Nicke juga menyatakan bahwa dalam pelaksanaannya, pengelolaan blok masela akan dilakukan secara offshore dan onshore. Proses eksplorasi dan eksploitasi dilakukan secara offshore (di tengah laut) termasuk penyimpanan gas secara floating. Adapun terminal LNG dan CCUS akan digarap secara onshore (di darat)
“Banyak yang bertanya ini offshore atau onshore, jadinya dan, untuk eksplorasinya di offshore dan production dan storagenya, gasnya itu menggunakan floating, lng plantnya itu di onshore, CCUS-nya juga di onshore,” jelasnya.
“Ini sampai dengan hari ini kita yakini cara yang paling cepat, efisien dan efektif yang bisa mengakomodasi semua aspirasi yang ada,” pungkasnya.
Sebagai informasi, Pertamina lewat Pertamina Hulu Energi telah mengakuisisi 35 persen saham Shell untuk menggarap Blok Masela. Aksi korporasi ini turut menggandeng perusahaan energi asal Malaysia, Petroliam Nasional (Petronas) dengan kepemilikan saham 15 persen, sedangkan 20 persennya dimiliki Pertamina.