Jakarta-TAMBANG Masih ingat dengan nama anak 15 tahun asal Langsa Aceh, Naufal Raziq. Dia adalah penemu energi listrik dari pohon kedondong (Spondias dulcis Forst). Kini Ia terus berupaya menyempurnakan temuannya agar semakin bermanfaat dan berkelanjutan.
Siswa kelas III MTS Negeri Langsa Lama, Kota Langsa, Nanggroe Aceh Darussalam, itu tengah mencari cara agar ada akselerasi daya pemulihan (recovery) energi listrik dari pohon kedondong secara optimal.
“Saya merasa saat ini energinya belum begitu stabil. Saya lakukan eksperimen dengan proses charging menggunakan baterai sebagai penyimpan daya sehingga energi dari pohon kedondong siang harinya dapat disimpan di baterei dan pada malamnya energinya dapat kembali digunakan untuk menghidupkan lampu,” paparnya Naufal di Jakarta, Kamis,(11/5).
Menurut Naufal, dari percobaan sebelumnya, kemampuan pemulihan dari pohon kedondong membutuhkan waktu lama dan belum stabil. Saat ini, putra pertama dari tiga bersaudara pasangan Supriaman dan Deski ini, melakukan uji coba dengan proses penyimpanan energi dari pohon kedondong ke charger baterei dan dari sana ke lampu atau mirip proses solar cell.
“Saya berharap nyala lampu bisa stabil karena pada proses sebelumnya dengan langsung dari pohon ke lampu, energinya tidak stabil dan lama kelamaan drop dan recovery secara alaminya labmat sekali,” katanya.
Temuan energi listrik dari pohon kedondong yang biasa menjadi pagar halaman rumah warga di Langsa itu sederhana, dengan rangkaian yang terdiri atas pipa tembaga, batangan besi, kapasitor dan dioda. Temuan Naufal menghasilkan daya sebesar 0,5-1 Volt per elektroda yang dipasang pada rangkaian pohon kedondong.
Menurut dia, arus listrik yang dihasilkan sangat bergantung kepada kadar keasaman pohon. Melalui beberapa evaluasi dan perbaikan, pohon listrik itu telah menerangi puluhan rumah di Tampur Paloh, Kecamatan Simpang Jernih, Langsa untuk pencahayaan lampu malam hari.
“Saya senang sekali dan bangga penemuan saya bisa bermanfaat bagi lingkungan sekitar,” ujar Naufal yang mengidolakan Mantan Presiden BJ Habibie dan penemu lampu pijar, Thomas Alva Edison, ini.
Naufal mengaku proses penemuan energi listrik dari pohon kedondong cukup lama. Itu berawal saat dia mempelajari ilmu pengetahuan alam dan membaca bahwa buah yang mengandung asam bisa menghantarkan listrik.
“Saya juga uji coba pada buah kentang. Setelah itu, saya berpikir lagi,kalau buahnya mengandung asam berarti pohonnya juga mengandung asam. Akhirnya saya mulai melakukan eksperimen,” ujarnya.
Awalnya, Naufal melakukan eksperimen pada pohon mangga dan ternyata tidak layak. Setelah itu, dia mencoba jenis pohon lainnya. “Akhirnya saya menemukan kedondong pagar yang kadar asam atau getahnya mampu menghantarkan listrik,” katanya.
Naufal mengaku, pengetahuan yang dimiliki tidak hanya dari sekolah, namun juga adanya dukungan sang ayah yang sangat membantu dalam percobaannya tersebut. “Kebetulan ayah bekerja di bidang elektronika. Sedikit banyak saya tahu alat-alat elektronik,” katanya.
Supriaman, ayah Naufal, mengatakan saat ini sejumlah pihak menjajaki kerja sama dalam pengembangan energi pohon listrik yang dikembangkan Naufal. Namun, menurut Supriaman, pihaknya mengembalikan persoalan tersebut kepada PT Pertamina EP, anak usaha PT Pertamina (Persero).
“Kalau mau kerja sama dengan Naufal, silakan berbicara dengan Pertamina EP karena aktivitas Naufal terkait pohon listrik ini juga berkat bantuan dari Pertamina EP Aset I Field Rantau,” ujarnya.
Supriaman juga mengucapkan terima kasih kepada Pertamina EP yang telah mendukung penemuan anaknya, termasuk dukungan beasiswa Naufal hingga kuliah.
“Pertamina EP juga telah membantu pengurusan hak paten pembangkit listrik menggunakan pohon kedondong dari Kementerian Hukum dan HAM,” ujarnya.
Muhammad Baron, Manajer Humas Pertamina EP, mengatakan Pertamina EP Aset I Field Rantau membantu pengembangan energi listrik dari pohon kedondong menuju skala yang lebih besar, terutama untuk menerangi kampungnya yang memang belum tersentuh jaringan listrik. Apalagi, Naufal memang berasal dari Tampur Paloh, dusun yang jauh di pedalaman pelosok Aceh.
Menurut Baron, kisah Naufal adalah kisah sukses sinergi antara Pertamina dan masyarakat dalam menciptakan inovasi yang memberikan solusi bagi permasalahan yang ada, yang perlu dicontoh oleh daerah-daerah lain di Indonesia. “Naufal ini discovery untuk bangsa. Kami akan mendukung apabila muncul Naufal-Naufal lain dari wilayah kerja Pertamina EP lainnya demi kemandirian energi nasional,” katanya.