Beranda Tambang Today Bursa Saham Binaartha Sekuritas: Nilai Tukar Rupiah Terapresiasi 0,25 Persen                             

Binaartha Sekuritas: Nilai Tukar Rupiah Terapresiasi 0,25 Persen                             

Jakarta, TAMBANG – Pergerakan Rupiah diharapkan dapat kembali melanjutkan pergerakan positifnya, seiring berkurangnya dorongan terhadap USD setelah merespon pernyataan The Fed.  Untuk periode 28 Mei – 1 Juni 2018, diperkirakan laju Rupiah akan berada pada rentang support Rp14.130 dan resisten Rp14.085 per USD.

 

Di sisi lain, sentimen dari dalam negeri juga diharapkan dapat kembali positif untuk mempertahankan kondisi penguatan Rupiah. Meski demikian, tetap cermati dan waspadai berbagai sentimen yang dapat menghalangi potensi penguatan lanjutan pada Rupiah.

 

Sebelumnya di periode 21 – 25 Mei 2018, pergerakan USD yang cenderung terdepresiasi membuka peluang Rupiah untuk berbalik positif. Apalagi juga didukung oleh sentimen dari dalam negeri yang cukup positif sehingga Rupiah mampu memanfaatkannya untuk berbalik naik.

 

Nilai tukar Rupiah terapresiasi 0,25 persen dari sebelumnya turun 1,51 persen. Di pekan kemarin (21-25 Mei), laju Rupiah sempat melemah ke level Rp14.210 atau lebih rendah dari sebelumnya di level Rp14.155. Sementara level tertinggi yang dicapai di angka Rp14.115 atau di bawah sebelumnya di angka Rp13.943. Laju Rupiah di pekan kemarin bergerak di bawah target support Rp14.165 dan resisten Rp14.090 per USD.

 

Belum berubahnya sentimen terkait dengan kesepakatan perdagangan AS-China, membuat laju USD kembali meningkat. Akibatnya Rupiah terkena dampaknya di awal pekan dan pelemahan pun tak terelakan kembali. Adanya anggapan terhadap tekanan eksternal yang terlalu kuat membuat dosis kebijakan Bank Indonesia yang ditandai dengan kenaikan 7DRR sebesar 25 basis poin, kurang begitu berhasil menstabilkan nilai tukar Rupiah.

 

Bahkan sentimen positif dari optimisme Pemerintah yang memastikan bahwa target rasio pajak 2019 yang diapatok pada kisaran 11,4 persen – 11,9 persen, masih bisa dicapai dengan sejumlah strategi untuk mengoptimalkan penerimaan pajak dan optimalisasi penerimaan negara khususnya pajak, yang menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintah untuk mencapai target defisit di bawah 2 persen pada 5 tahun ke depan pun, masih kurang untuk membangkitkan Rupiah.

 

Di hari berikutnya, pergerakan Rupiah mampu berbalik positif. Adanya penilaian meredanya potensi perang dagang antara China dan AS seiring dengan rencana Tiongkok memangkas tarif produk-produk otomoif dan suku cadangnya mampu memberikan sentimen positif bagi Rupiah.

 

Pergerakan Rupiah kembali melemah seiring dengan terapresiasinya USD. Meningkatnya laju nilai tukar USD terjadi setelah adanya rilis data ekonomi Zona Eropa yang mengindikasikan melambatnya aktivitas bisnis di kawasan tersebut. Tidak hanya itu, melemahnya laju EUR juga terjadi setelah merespon negatif kondisi politik di Italia.

 

Sementara itu, dari dalam negeri belum adanya sentimen yang secara positif signifikan mampu mengangkat Rupiah. Adanya pernyataan menenangkan dari Menteri Koordinator Bidang Maritim RI Luhut Binsar Pandjaitan, yang menyatakan pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar yang sudah menyentuh Rp 14.200/USD, tak perlu dikhawatirkan kurang cukup menahan pelemahan yang terjadi.

 

Pergerakan Rupiah mampu berbalik positif seiring dengan berkurangnya kenaikan USD dan juga dibarengi dengan pengangkatan secara resmi Perry  W sebagai nahkoda Bank Indonesia yang baru. Harapan akan adanya perbaikan pergerakan Rupiah di bawah komando Perry W membuat laju Rupiah kembali terapresiasi.

 

Di sisi lain, adanya penilaian terhadap kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) atau BI 7 days reverse repo rate (BI7DRRR) yang belum tentu akan langsung mendorong margin bunga bersih atau net interest margin (NIM) perbankan tampaknya tidak terlalu dihiraukan. Adapun berkurangnya kenaikan USD seiring imbas dari berbagai sikap Presiden Trump yang direspon negatif.

 

Laju Rupiah mampu bergerak sesuai perkiraan sebelumnya dimana cenderung melanjutkan pergerakan positifnya dan merespon positif hasil pertemuan FOMC. Rupiah cukup stabil dengan kecenderungan menguat seiring hasil notulensi rapat Federal Open Market Committee (FOMC) yang bernada dovish.

 

Dalam kesempatannya Gubernur The Fed menyatakan, akan melihat perkembangan inflasi dan membiarkannya bergerak di atas target 2 persen. Sementara itu, dari dalam negeri sejumlah berita cukup positif, sehingga mendukung penguatan Rupiah meski juga dibarengi dengan kembali naiknya USD terhadap mata uang lainnya. Seiring dengan imbas melemahnya harga komoditas yang dimotori minyak mentah dan antisipasi rilis sejumlah data di AS.