Jakarta, TAMBANG – Telur penyu atau tukik yang ditetaskan di Kawasan Bangka Island Outdoor (BIO) akhirnya menetas pada Minggu (31/7). Anak-anak penyu ini keluar dari sarang setelah 54 hari berada di dalam sarang di Kawasan Pantai BIO yang dikelola PT Timah Tbk terletak di Desa Deniang, Kecamatan Riau Silip, Kabupaten Bangka.
Sebelumnya, sebanyak 2.287 telur penyu ini dibuatkan sarang semi alami sebagai tempat penetasan telur penyu yang merupakan hasil sitaan Direktorat Polisi Perairan dan Udara (Ditpolairud) Bangka Belitung pada Rabu (8/6) lalu. Upaya pembuatan tempat penetasan semi alami ini dilakukan oleh Alobi Foundation, Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumatera Selatan, Ditpolairud Bangka Belitung dan PT Timah Tbk untuk menjaga kelestarian penyu.
Ketua ALOBI Foundation, Langka Sani mengatakan, pihaknya bersama tim gabungan PT Timah Tbk, BKSDA Sumsel Babel dan ALOBI Foundation rutin melakukan pemantauan dan pemeriksaan sarang-sarang penyu ini agar terhindar dari predator. Langka menceritakan, pada Minggu (31/7) malam mendapatkan kabar dari tim PT Timah Tbk diketahui beberapa sarang telur yang dibuat keluar anakan penyu.
“Kami langsung ke BIO setelah mendapatkan kabar sekitar pukul 22.00 WIB itu sudah ada 21 anak penyu yang keluar dari sarang. Setelah diperiksa ke sarang yang lainnya ditemukan juga anak-anak penyu keluar dengan total 305 ekor anak penyu, anak-anak penyu ini menetas dengan sempurna” ujar Langka, Senin (1/8).
Jumlah telur penyu yang menetas ini diprediksikan akan bertambah, mengingat belum semua sarang keluar anak penyu. Untuk itu, pihaknya bersama tim gabungan akan terus melakukan pemantauan.
“Telur yang menetas baru 15 persen dari total telur yang kita masukkan ke sarang. Jumlah ini terbilang bagus, karena kalau keterangan pelaku telur penyu itu sudah tiga hari mereka kumpulkan. Belum lagi proses translokasi dengan jarak yang cukup jauh juga turut memberikan dampak ke telur penyu, meski baru 15 persen ini merupakan keberhasilan yang luar biasa karena telur penyunya masih bisa menetas,” jelas Langka.
Menurut Langka, dengan menetasnya telur-telur penyu ini menunjukkan Pantai BIO memang cocok sebagai tempat untuk penetasan telur penyu. Selain itu, pengawasan yang dilakukan secara rutin yang dilakukan PT Timah Tbk membuat para telur penyu itu aman dari gangguan predator lainnya.
“Kawasan pantai BIO memang cocok sebagai tempat penetasan alami telur penyu ini. Karena memang sebelumya sering ditemukan penyu berada di kawasan ini,” ucapnya.
Untuk sementara, anak penyu ini ditempatkan di Fiber yang diisi dengan air pantai sebelum nantinya akan dilepaskan kembali ke laut. Rencana anak-anak penyu ini akan dirilis ke Pulau Ketawai Bangka Tengah, pada Selasa (2/8).
“ALOBI mengapresiasi seluruh langkah pihak yang tergabung dalam proses awal, Pol Airud Polda Babel, PT Timah Tbk dan BKSDA Sumsel Babel. Penyu ini hewan dilindungi karena memiliki fungsi yang sangat penting di dunia,” ucapnya.
Langka mengimbau kepada seluruh masyarakat untuk bekerja sama untuk tidak mengkonsumsi telur penyu. Karena penyu ini merupakan hewan yang dilindungi.
“Stop konsumsi telur penyu, karena penyu merupakan satwa yang dilindungi dunia. Penyu memiliki fungsi untuk menjaga keseimbangan ekosistem laut yang sehat,” ujar Langka.
Langka berharap Bangka Belitung memiliki pusat penyelamatan biota laut, pasalnya banyak sekali ditemukan kasus terdamparnya penyu, lumba-lumba dan dugong. Sehingga, jika ada ditemukan kasus seperti ini kembali nantinya Babel memiliki tempat untuk menyelematkan.
“Ini yang sudah kita bahas, kita berencana bersama PT Timah Tbk akan membuat Marine BIO Conservation Center, karena di Babel ini banyak sekali kasus dugong, lumba-lumba, dan penyu yang terlantar. Dengan adanya tempat khsusus kita bisa bekerja sama dalam penyelematan biota laut yang dilindungi,” ucapnya.