Jakarta, TAMBANG – Direktorat Jenderal Mineral dan Batu Bara (Ditjen Minerba) mengadakan bedah buku berjudul ‘Tambang Transformatif’ karya Witoro Soelarno, secara hybrid, Senin (26/9). Acara diselenggarakan dalam rangka memperingati hari jadi pertambangan yang ke-77.
Dalam sambutannya, Direktur Jenderal Minerba Ridwan Djamaluddin menyampaikan bahwa ke depan para pemangku kepentingan sektor tambang harus mampu mengembangkan substansi transformasi tambang baik dari penggalian maupun pengungkapan substansi dari segi keilmuan maupun sebagai best practices.
“Pendekatan knowledge manajemen dan pengembangan multi performance story telling menjadi tantangan kita bersama dalam mewujudkan dan mengkomunikasikan trasformasi tambang yang sejatinya telah kita kerjakan secara bersungguh-sungguh,” ujarnya.
Menurut Ridwan, peran tambang dalam mentransformasi peradaban manusia telah menjadi catatan sejarah yang tidak bisa dipisahkan. Sejak penemuan dan pengolahan logam, dunia pertambangan mampu mengakselerasi perubahan besar dari perspektif ilmu dan teknologi hingga saat ini.
“Transformasi penting lain dalam dunia pertambangan yang kita jalani saat ini adalah bentuk transformasi tambang yang dipandang sebagai non renewable resources ditempatkan dalam konteks sustainable developmment,” imbuhnya.
Saat ini, bentuk transformasi pertambangan yang tengah digenjot pemerintah adalah mengubah energi berbasis fosil menuju energi non fosil yang ramah lingkungan. Hal ini dilakukan selain karena tuntutan untuk memitigasi perubahan iklim, juga karena sudah diatur dalam undang-undang.
“Kini kita mengenal konsep sustainable mining, bagaimana transformasi sumber daya tak terbarukan menjadi sumber daya yang terbarukan. Dalam perspektif ini pertambangan bergerak lateral ke wilayah-wilayah sosial, ekonomi, hingga kultural. Secara eksplisit, kita bisa merujuk amant undang-undang pertambangan yang bergerak beyond mining its self,” tegasnya.
Atas dasar itu, buku Tambang Transformatif menurutnya memiliki urgensi kontekstual dan aktual bagi semua pihak, bukan saja bagi yang berkecimpung di dunia pertambangan tapi juga bagi masyarakat umum.
“Saya ingin menyampaikan apresiasi atas terbitnya tambang transformatif sebagai produk pertama dari seri knowledge manajemen balai besar pengujian mineral dan batu bara tekmira. Gagasan, penyusunan dan penerbitan buku ini memiliki urgensi kontekstual dan aktual bagi semua pihak, bukan saja bagi yang berkecimpung di dunia pertambangan tapi juga bagi masyarakat umum,” jelasnya.
Sementara, Witoro menyampaikan bahwa lahirnya buku ini sebagai pemantik kalau pertambangan itu harus menunjang pembangunan yang berkelanjutan, memperhatikan kelestarian lingkungan sekitar dan jaminan kesejahteraan bagi masyarakat lingkar tambang.
“UU No 4 2009 itu mengamanahkan pertambangan ini harus menunjang pembangunan yang berkelanjutan sebagai implementasi atau amanah uu 4 tahun 1982 tentang UU lingkungan hidup. Menempatkan pertambangan yang non renewable ini menjadi sumber daya renewable ditransformasikan menjadi yang renweable sehingga pembanggunan akan tetap berlanjut,” ungkapnya.
Sebagai informasi, Buku Tambang Transformatif merupakan sebuah seri Knowledge Manajemen Tekmira (KMT) yang membahas dampak kegiatan terhadap lingkungan fisik, sosial dan jaminan keberlangsungan pembangunan pascatambang serta pentingnya penguasaan teknologi pertambangan.