LONDON-JAKARTA, TAMBANG. BATU bara termal masih terus mengalami pasokan berlebih, melewati permintaan, meski para produsen baru saja mengumumkan adanya pemangkasan produksi. Harga indeks batu bara impor di Eropa barat laut, dikenal sebagai API2, untuk perdagangan ke depan pada 2015 ini turun 0,6% menjadi $62,10. Meski demikian, masih di atas harga pada 26 Januari yang mencapai $55,60, yang merupakan harga terendah selama sembilan tahun terakhir.
Para pedagang dan analis memperkirakan harga akan tetap rendah akibat respon yang lamban oleh para produsen terhadap pasokan yang melimpah. Salah satu penyebabnya adalah pelemahan mata uang di negara eksportir.
Menurut hitungan Commerzbank, harga batu bara dalam hitungan mata uang lokal di sejumlah negara utama eksportir, yakni Indonesia, Australia, dan Colombia, hanya jatuh sekitar 15% semenjak awal 2013. Bila dihitung dalam dolar, turunnya 35%. Ini yang membuat produksi batu bara tetap tinggi.
Eksportir batu bara terbesar di dunia untuk pembangkit listrik, Glencore, berharap harga batu bara tahun ini turun 6%. Glencore mengurangi produksinya di Australia dan Afrika Selatan, karena harga komoditi ini dinilai terlalu murah. Bila harga membaik, Glencore bisa dengan cepat menambah kembali produksinya.
Keprihatinan utama terhadap pasar batu bara adalah Cina. Menurut kantor berita Reuters hari ini, negara konsumen terbesar batu bara itu tengah melindungi produsen batu bara lokal dengan cara memangkas impor. Negara tirai bambu diperkirakan mengurangi impornya hingga 30 juta ton pada tahun ini.
Impor batu bara oleh Cina, di luar yang kalori rendah, jatuh 51% dibanding setahun lalu menjadi 13,6 juta ton.
Foto: Batu bara di fasilitas penyimpanan milik perusahaan Rusia, SUEK. Sumber: www.gazprom.com