TAMBANG –Jakarta. Berbagai media di luar negeri menyoroti kerusakan lingkungan akibat pertambangan batu bara di Kalimantan Selatan, sepanjang dua hari ini. Kantor berita Republik Rakyat Tiongkok, Xinhua, misalnya, menyoroti tercemarnya air akibat penambangan.
Berita itu berawal dari laporan Greenpece, yang berjudul cukup seram: ‘’Terungkap: Tambang Batu Bara Mencemari Air Kalimantan Selatan’’. Penambangan besar- besaran menimbulkan limbah yang dibuang begitu saja, tanpa dijernihkan lebih dahulu. Kebanyakan dari tambang ilegal.
Melalui investigasi selama sembilan bulan, Greenpeace menemukan adanya bahan-bahan berbahaya limbah tambang yang mengandung besi, mangan, dan aluminium telah mencapai pusat air jernih di Kalimantan Selatan, dan lingkungannya.
Sungai Barito di Kalimantan Selatan, yang panjangnya 3.000 kilometer, merupakan jalan utama angkutan batu bara.
‘’Masyarakat di sekitar sungai dan di hilir menggunakan air yang tercemar untuk mencuci, mandi, dan bertani. Mereka mendapatkan masalah akibat aktivitas tambang. Pemerintah harus bertindak,’’ kata Arif Fiyanto, Juru Kampanye Greenpeace Indonesia untuk Iklim dan Energi.
Indonesia merupakan eksportir batu bara termal terbesar di dunia. Kalimantan Selatan menghasilkan 33% dari batu bara Indonesia, pada 2011. Makin banyaknya produksi batu bara dengan sendirinya membuat efek lingkungan makin banyak. Selain persoalan debu, juga galian.
Greenpeace juga mengkhawatirkan, makin banyaknya pemakaian batu bara akan mengganggu target pemerintah yang ditetapkan pada 2009, untuk memangkas emisi karbon sebesar 26% dengan usaha sendiri, atau 41% dengan bantuan luar negeri, pada 2020.
Sumber foto: Tagantar.com