BEIJING–TAMBANG. KABUPATEN Yu, kawasan bergunung di bagian utara Provinsi Hebei, Cina, terkenal dengan kuil yang berusia ratusan tahun dan tambang batu baranya. Hari-hari ini, kuilnya masih kokoh berdiri. Tetapi tambangnya tutup.
‘’Kami dulu memiliki 300 tambang di provinsi ini. Sekarang tinggal 70 lebih sedikit,’’ kata manajer salah satu tambang yang menyebut dirinya sebagai Cheng. Untung yang menipis dan kegagalan memenuhi standar keselamatan membuat beberapa tambang harus ditutup. Kanghe, perusahaan tambang ukuran batu bara ukuran menengah tempat ia bekerja, dibeli oleh kompetitornya yang lebih besar, BUMN Kailuan Group Co., tahun lalu.
Harian The Wall Street Journal dalam penerbitannya hari ini melaporkan, apa yang terjadi di Kabupaten Yu merupakan cerminan situasi muram industri batu bara dunia. Standar keselamatan lebih ketat disertai dengan permintaan yang menurun bahu-membahu membuat harga batu bara menurun, dan mendorong tutupnya banyak tambang.
Produksi batu bara Cina turun 2,5% pada 2014, penurunan pertama selama 14 tahun. Data dari badan statistik juga menunjukkan, konsumsi batu bara pada kuartal pertama 2014 turun 1,1% dibanding setahun sebelumnya.
Batu bara masih diharapkan menjadi pemain utama energi dunia. Tetapi apa yang terjadi di Cina menunjukkan bahwa batu bara sudah berkurang daya tariknya. Cina merupakan konsumen dari separuh produksi batu bara dunia, dan membeli sepertiga dari produksi batu bara yang diperdagangkan di pasar internasional. Batu bara itu digunakan terutama untuk pembangkit listrik dan pabrik baja.
Sekarang, menurunnya pemakaian listrik dan tambahnya alternatif sumber energi membuat permintaan terhadap batu bara di Cina menurun.
Imbas dari melemahnya permintaan itu menyebar ke luar negeri. Impor batu bara dari Indonesia dan Australia, menurun. Di Amerika Serikat, produsen kedua terbesar batu bara di dunia, pemakaian batu bara juga melemah karena ada persyaratan emisi karbon.
Data dari Badan Informasi Energi Amerika Serikat menunjukkan, konsumsi batu bara termal, yang dipakai untuk pembangkitan listrik, berkurang 0,2% pada 2014 dibanding tahun lalu. Di Jepang, pemakaian batu bara juga menurun tipis.
Turunnya pembelian itu terasa di pasar global. Impor Cina terhadap batu bara termal berkurang 15% tahun lalu. Sementara impor terhadap batu bara jenis coking, yang dipakai untuk industri baja, turun 17%. Dampaknya terasa di Australia. Glencore PLC, eksportir batu bara termal terbesar di dunia, menutup tambangnya selama tiga pekan selama natal lalu.
Perusahaan tambang di seluruh dunia harus bersiap menghadapi berkurangnya permintaan batu bara oleh Cina. Pemerintah Cina menargetkan, peran batu bara sebagai sumber energi turun menjadi 65% pada 2017, dibanding 70% pada saat ini, dan menjadi 60% pada 2020.
Untuk mencapai target itu, pemerintah mulai memaksa tambang kecil untuk tutup atau dibeli oleh BUMN, seperti tambang Kanghe tempat Cheng bekerja. Tahun lalu, hampir 1.000 tambang kecil ditutup. Padahal pemerintah hanya menargetkan 800.