Jakarta, TAMBANG – Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta perusahaan tambang membuat fasilitas pembibitan tanaman atau nursery. Hal ini untuk mengatasi perubahan iklim yang sudah dirasakan semua negara yang menyebabkan krisis pangan.
“Setiap habis nambang langsung ditanam supaya tidak terjadi kerusakan lingkungan yang makin parah,” ucap Jokowi dalam Festival LIKE (Lingkungan, Iklim, Kehutanan, Energi EBT) Road to COP 28 UAE 2023, dikutip Rabu (20/9).
Mantan Gubernur DKI Jakarta ini lalu menyampaikan bahwa perusahaan tambang wajib memiliki persemaian sehingga bisa langsung menanam pohon di area bekas tambangnya. “Wajib karena sudah ada peraturan menterinya baru saja keluar,” imbuh dia.
Dia kemudian menceritakan kalau semua negara saat ini sudah mulai mengerjakan sesuatu yang berbau green. Termasuk mempercepat pertumbuhan ekosistem kendaraan listrik melalui pembangunan industri baterainya.
“Semuanya yang berbau green, yang berbau hijau semuanya sekarang ini mulai dikerjakan di semua negara. Industri baterai untuk kendaraan listrik dimulai dan kita juga tidak ingin kehilangan kesempatan untuk membangun industri baterai kendaraan listrik karena kita punya bahan bakunya di sini. Nikel kita punya, kobalt kita punya, mangan kita punya,” beber dia.
Menurut Jokowi, ancaman perubahan iklim sudah nyata dan dirasakan oleh semua negara di dunia. Kerusakan lingkungan juga terjadi di sejumlah lahan baik di lahan hutan hingga mangrove. Untuk itu, Jokowi mengajak semua pihak untuk mewaspadai hal tersebut dan bersama-sama menjaga lingkungan sekitar, antara lain dengan menggiatkan kembali reboisasi atau penanaman pohon.
Kata dia, suhu bumi yang makin panas juga membuat es di kutub mencair sehingga permukaan air laut naik. Sejumlah pulau kecil baik di Indonesia maupun di Pasifik telah merasakan langsung dampaknya. Untuk itu, Presiden juga mengajak para nelayan dan pegiat lingkungan untuk menanam mangrove di pesisir pantai.
“Kita sudah beri contoh di Denpasar kita memiliki nursery, memiliki persemaian yang satu tahun bisa memproduksi kira-kira 6 juta bibit. Saya kira tidak hanya di Denpasar yang dulu kita tunjukkan ke para pemimpin negara-negara G20. Mereka kagum terhadap proses persemaian yang ada di situ. Itu baru mangrove,” jelasnya.