Beranda Mineral Asosiasi Bauksit Masih Berharap Ada Insentif Untuk Smelter

Asosiasi Bauksit Masih Berharap Ada Insentif Untuk Smelter

Jakarta-TAMBANG. Para pengusaha bauksit yang tergabung dalam Asosiasi Pengusaha Bijih Besi dan Bauksit Indonesia (AP3BI) masih berharap agar Pemerintah memberikan insentif bagi pengusaha yang telah serius membangun smelter. Insentif berupa berupa ekspor sangat dibutuhkan pengusaha bauksit yang sangat sedang membangun smelter.

 

Ketua Asosiasi Erry Sofyan menjelaskan bahwa saat ini dari 51 perusahaan yang menjadi anggota AP3BI, ada lima perusahaan yang membangun yakni PT Well Harvest  Winning Alumina Refinery, PT Bintan Alumina Indonesia, PT Nusapati Alumina Refinery, PT Alakasa Industrindo,Tbk  dan PT Korawaringin Raya Alumina.

 

Dari kelima perusahaan tersebut saat ini yang masih bertahan dan menunjukkan kemanjuan dalam pembangunan smelter hanya ada dua yakni PT Well Harvest Wining yang merupakan anak usaha Harita Group dan PT Bintan Alumina Indonesia.  Sementara yang tiga lainnya terpaksan menunda melanjutkan pembangunan smelternya.

 

“Sekarang ini yang sudah berjalan baru dua, sementara yang lain masih menunggu ada kebijakan baru. Dalam kondisi sekarang dengan tidak ada pemasukan, membuat rencana kerja saja sudah pusing,”tandas Ery saat Buka Puasa Bersama Media di  Jakarta (25/6).

 

Oleh karenanya pihak asosiasi berharap agar Pemerintah segera memberi insentif agar perusahaan mendapat pemasukan untuk bisa melanjutkan pembangunan smelternya. “Kalau sekarang yang kami harapkan tidak lain insentif berupa ekspor hasil pengolahan bagi perusahaan yang serius membangun smelter  sehingga perusahaan memiliki pemasukan dan kemudian bisa melanjutkan pembangunan smelter,”terang Erry.

 

Kondisi yang terjadi saat ini tidak hanya kalangan pengusaha yang dirugikan, negara juga rugi karena tidak mendapat pemasukan dari royalty dan pajak lainnya. “Lebih lagi dampak lainnya seperti perekonomian daerah tambang bauksit yang  mulai mengalami pelemahan karena tidak ada aktivitas tambang,”terang Erry.

 

Terkait keseriusan pengusaha membangun smelter, menurut Erry, Pemerintah sudah memiliki ukuran dalam menentukan kemajuan pembanguan smelter. “Tinggal ukuran itu yang digunakan untuk menilai apakah perusahaan tersebut serius membangun smelter atau tidak. Misalkan saja 30% kemajuan bisa dipakai karena biasanya itulah porsi penggunaan dana kas perusahaan sementara 70% biasanya dari pinjaman,”lanjut Ery yang juga Direktur  Utama PT Harita Prima Abadi Mineral.

 

Erry menjelaskan saat ini sesuai dengan hasil evaluasi terakhir yang dilakukan Kementrian ESDM  beberapa waktu lalu, kemajuan pembangunan smelter  milik PT Well Harvest Winning Alumina Refinery sudah mencapai 48,08%. Smelter ini akan memproduksi alumina dengan kapasitas 4 juta ton per tahun. Total investasi yang sudah ditanah mencapai Rp.5 triliun dari total invetasi US$2,2 milyar.

 

Sementara kemajuan smelter PT Bintan Alumina Indonesia untuk tahap I sudah mencapai 20%. Smelter yang dibangun di Bintan, Provinsi Kepulauan Riau ini akan memproduksi 2 juta ton SGA dengan total investasi sebesar US$1 miliar. Perusahaan juga akan melakukan pemurnian menjadi aluminium.