Jakarta – TAMBANG. PT Pertamina (Persero) tandatangani Perjanjian Jual-Beli (PJB) LNG dengan PT Donggi Senoro LNG, untuk segera dikirimkan ke Terminal Regasifikasi Arun di Provinsi Naggroe Aceh Darussalam.
“Kami sangat bangga Donggi Senoro LNG bisa mengirimkan kargo pertamanya untuk konsumen domestik, disamping komitmen untuk memasok pembeli lainnya yang berkontrak jangka panjang,” ujar Presiden Direktur PT Donggi Senoro LNG, Gusrizal, usai penandatanganan PJB di Jakarta, Selasa (30/6).
Menurut perjanjian tersebut, kargo LNG pertama akan diantar ke Lhokseumawe pada akhir bulan Juli atau awal Agustus 2015. Jadwal penjualan spot itu masih akan disesuaikan, karena fasilitas pencairan gas milik PT Donggi Senoro LNG memang belum mencapai kapasitas optimalnya.
Fasilitas tersebut sudah mulai beroperasi sejak awal Juni 2015, setelah merampungkan tahapan uji coba. Mulai tanggal 24 Juni 2015 lalu, kilangLNG tersebut sudah mulai mengolah gas yang dipasok dari JOB Pertamina – Medco E&P Tomori Sulawesi. Namun saat ini memang kapasitas produksinya belum setara dengan pasokan gas hulunya.
Kiriman gas dari Blok Senoro-Toili yang dioperasikan JOB Pertamina – Medco E&P Tomori Sulawesi itu sebenarnya mencapai 250 juta kaki kubik per hari (mmscfd). Selain itu, kilang LNG Donggi-Senoro juga akan mendapatkan pasokan dari Blok Matindok yang dioperasikan PT Pertamina EP sebanyak 85 mmscfd.
Sementara itu, LNG yang akan diproduksi nantinya akan diekspor pula dengan sistem kontrak jangka panjang. Kontrak Jual-Beli LNG yang telah dikantongi adalah dengan Chubu Electric dan Kyushu Electric di Jepang, serta dengan Korea Gas Corporation di Korea Selatan. Ekspor LNG perdana sesuai kontrak tersebut juga terjadwal di tahun 2015 ini.
Kilang LNG Donggi Senoro sendiri berlokasi di Kabupaten Banggai, Provinsi Sulawesi Tengah. Fasilitas tersebut sebenarnya merupakan kilang LNG keempat yang dimiliki Indonesia. Namun, ini adalah untuk kali pertama pabrik LNG dibangun dengan skema khusus bisnis hilir. Dengan memisahkan antara bisnis hilir dan hulu gas, maka investasi pabrik LNG Donggi Senoro tidak memakai sistem cost recovery.