Jakarta – TAMBANG. PT ANTAM (Persero) Tbk membuktikan komitmennya dalam pembangunan pabrik feronikelnya untuk meningkatkan kinerja Perseroan. Padahal tekanan global akibat jatuhnya harga komoditas masih terus berlangsung.
“Justru kami ingin buktikan komitmen pembangunan pabrik feronikel ANTAM akan selesai sesuai target” ujar SVP Corporate Secretary ANTAM, Tri Hartono kepada Tambang selasa (15/3).
Saat ini Perseroan tengah melaksanakan proses konstruksinya. Untuk proyek perluasan pabrik Feronikel di Pomalaa (P3FP) Sulawesi Tenggara sudah hampir rampung, sedangkan [royek pabrik Feronikel di Halmahera Timur (P3FH) sedang proses tender kontraktor setelah perseroan melakukan rights issue di akhir tahun lalu.
“Dalam waktu dekat akan segera dilanjutkan kembali tahapan kontruksinya” tambahnya.
Tri menilai tahun 2015 lalu memang menjadi titik kulminasi harga komoditas nikel terendah sejak 7 tahun terakhir. Turunnya harga komoditas nikel merupakan tantangan kedua setelah larangan ekspor yang diberlakukan 2014 silam.
Perkembangan seputar bisnis nikel di 2015 memang anomali, setelah aliran keran ekspor bahan mentah nikel Indonesia dihentikan oleh pemerintah seharusnya harga nikel naik, sayangnya saat ini malah turun. Pergerakan harga nikel memang masih tetap dipengaruhi level persediaan dan kondisi ekonomi global, namun demikian ANTAM tetap berkomitmen untuk mendukung dan mewujudkan hilirisasi melalui penyelesaian P3FP dan P3FH.
“Harapannya pada saat proyek ini selesai harga nikel akan rebound” paparnya.
Proyek Pembangunan Pabrik Feronikel Haltim (P3FH) di Halmahera Timur telah dimulai sejak tahun 2011 dengan kapasitas awal 40.000 TNi per tahun dengan estimasi nilai proyek US$1,6 miliar. Konstruksi proyek ini terkendala seiring dampak dari rendahnya harga komoditas serta adanya larangan ekspor yang berpengaruh terhadap pendapatan perseroan.
Dirinya juga menekankan bahwa konstruksi akan segera berjalan setelah Perseroan mendapatkan Rp3,5 triliun dana PMN di akhir tahun 2015 lalu. Sehingga perseroan menargetkan proyek P3FH akan selesai pada 2018 dengan mengubah desain konstruksi pabrik yang tadinya berkapasitas 40.000 TNi menjadi 15.000 TNi.
“Kami juga telah menandatangani kesepahaman bersama dengan PT Bukit Asam (Persero) Tbk perihal supply batubara untuk pembangkit listrik P3FH. Overall sedang kita review ulang sekaligus tender kembali kontraktor EPC-nya, kami tetap komit proyek ini akan selesai diakhir tahun 2018. Dalam kondisi saat ini kami harus benar-benar prudent dalam mengeksekusi investasi” tuturnya lagi.
Proyek hilirisasi ANTAM di Pomalaa, Sulawesi Tenggara akan menambah kapasitas produksi feronikel Perseroan dari 18.000-20.000 TNi menjadi 27.000-30.000 TNi per tahun. Proyek senilai US$600 juta ini melewati 8 paket konstruksi diantaranya fasilitas Jetty atau pelabuhan, belt conveyor, refining plant-3, ladle furnace, line-4 ore preparation & calcining, electric smelting furnace-4, oxygen plant-5 dan coal power plant dengan progress EPC-yang saat ini mencapai 99.08%.