Jakarta,TAMBANG, Komoditi emas masih menjadi penopang terbesar kinerja PT Aneka Tambang,Tbk (Antam). Ini terlihat dari kontribusi logam mulia tersebut terhadap pendapatan perusahaan di kuartal I-2019 sebesar 63% atau Rp.3,94 triliun dari total pendapatan.
“Komoditas emas menjadi kontributor penjualan terbesar pada periode tersebut yakni mencapai Rp3,94 triliun atau 63% dari total penjualan bersih kuartal I-2019,” kata Direktur Keuangan Antam, Dimas Wikan Pramudhito di Jakarta (15/5).
Di tahun 2019 Antam menargetkan penjualan emas sebanyak 32.036 kilogram (kg). Ada kenaikan 14% dibandingkan realisasi penjualan 2018 sebesar 27.891 kg. Sementara volume penjualan emas Antam untuk tiga bulan pertama tahun ini sudah mencapai 6.517 kilogram.
Berbagai upaya dilakukan perseroan untuk meningkatkan penjualan demi memenuhi target. Diantaranya melalui inovasi pada berbagai produk emas serta memperluas jaringan pemasaran produk Logam Mulia.
Sementara dari sisi produksi, Antam menargetkan produksi emas sebesar 2.036 kg yang berasal dari tambang Pongkor dan tambang Cibaliung. Sepanjang kuartal I tahun ini produksi emas Antam sudah mencapai 470 kg.
“Target tersebut didukung oleh kinerja tambang emas Pongkor dan Cibaliung di Jawa Barat yang tahun ini ditargetkan bisa mencapai produksi sebesar 2.036 kg atau 2 ton,” ujar Direktur Dimas Wikan.
Emas yang dijual Antam selain berasal dari tambang Pongkor dan Cibaliung miliknya juga dari hasil pemurnian. Sebagaimana diketahui Antam juga punya pabrik pemurnian emas. Pabrik ini menjadi satu-satunya di Indonesia dan sudah terakreditasi oleh Good Delivery List Refiner dari London Bullion Market Association (LBMA).
Selain dari emas, kontribusi pendapatan perseroan juga berasal dari komoditi nikel, feronikel dan bauksit. Di 2019 Antam menargetkan produksi feronikel sebanyak 30.280 ton nikel dalam fero (TNi). Ada kenaikan 21% dibanding capaian 2018 sebesa 24.868 TNi. Sementara penjualan feronikel ditargetkan sebesar 30.280 TNi atau naik 25% dibanding tahun lalu. Penjualan feronikel di 2018 sebesar 24.135 TNi
Sedangkan untuk bijih nikel, Antam sudah mendapat perpanjangan rekomendasi ekspor bijih nikel kadar rendah dibawah 1,7% Ni sebesar 2,7 juta. Untuk memenuhi kebutuhan pasar domestik dan ekspor, di 2019 Antam menargetkan produksi bijih nikel sebanyak 10,50 juta wet metrik ton (wmt). Ada kenaikan dibanding realisasi produksi di 2018 sebesar 9,31 juta wmt. Sementara untuk penjualan ditargetkan sebesar 8 juta ton wmt baik untuk pasar domestik pun ekspor. Pada 11 Mei silam Antam telah mengapalkan 55.570 wmt ke Tiongkok.
Antam juga memproduksi bijih bauksit untuk pasar ekspor dan juga kebutuhan smelter Chemical Grade Alumina miliknya. Di 2019 perseroan menargetkan produksi bijih bauksit sebesar 3,17 juta wmt. Sementara penjualan ditargetkan sebesar 3.22 juta wmt. Naik 26% dibanding realisasi penjualan 2018 sebesar 6,33 wmt.
Di tiga bulan awal tahun ini, Antam berhasil mencatatkan nilai penjualan sebesar Rp6,22 triliun. Angka ini naik 9% bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2018 sebesar Rp5,73 triliun.
Sementara laba kotor perusahaan pada kuartal I tahun ini tumbuh sebesar 2% menjadi Rp1,03 triliun dibandingkan capaian periode sama tahun 2018 sebesar Rp1,02 triliun. Antam membukukan laba usaha sebesar Rp304,73 miliar dan laba tahun berjalan yang positif sebesar Rp171,67 miliar.