Jakarta, TAMBANG – PT Ceria Nugraha Indotama (CNI) akhirnya mulai membangun fasilitas pemurnian (Smelter). Kepastian ini ditunjukkan saat pelaksanaan groundbreaking, yang disaksikan oleh Wakil Menteri ESDM Arcandra Tahar dan Menteri Pendayagunaan Apatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Syafruddin, di Kecamatan Wolo, Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara, pada Sabtu (15/6).
Smelter PT CNI ini nantinya, dapat mengolah nikel dengan kapasitas input bijih (ore) 5 juta ton dan output dalam bentuk feronikel sebanyak 230.000 ton dengan kadar nikel 22 – 24 persen per tahunnya. Smelter yang dibangun mengadopsi teknologi rotary kiln electric furnace (RKEF). Kebutuhan listrik untuk operasional smelter diperkirakan mencapai 350 MW.
Arcandra menyebutkan, sumber daya alam memegang peran penting dalam mendorong pembangunan nasional. Meski begitu, prinsip pemanfaatannya tetap berpedoman pada Pasal 33 UUD 1945, yakni dikuasai oleh negara dan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat.
Interpretasi dari dikuasai oleh negara, lanjut Arcandra ialah bahwa kekayaan alam dikelola oleh putra-puteri terbaik Indonesia, menggunakan teknologi yang dikembangkan bangsa Indonesia, pendanaan bersumber dari kemampuan dalam negeri, dan hasil pengelolaan dioptimalkan untuk kebutuhan di dalam negeri.
“Sesuai dengan amanat undang-undang, kita ingin agar nikel ini dapat kita olah (di dalam negeri) dan memperpanjang rantai pengolahannya sehingga bisa menghasilkan nilai tambah,” kata Arcandra, dalam keterangan resminya, Selasa (18/6).
Pembangunan fasilitas pemurnian atau smelter ini, merupakan implementasi kebijakan peningkatan nilai tambah mineral di dalam negeri. Sebagaimana diamanatkan dalam UU No. 4 tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara.
Groundbreaking smelter ini, juga menjadi komitmen pemerintah untuk terus mendorong pelaku usaha pertambangan dalam mendukung upaya percepatan hilirisasi di sektor pertambangan. “Inilah yang kita inginkan (pembangunan smelter) agar bisa menghasilkan efek nilai tambah yang lebih besar dari sekedar menjual raw material,” tutur Arcandra.
“Yang kita usahakan ini untuk menutup gap dari cita-cita ideal dengan realitas yang ada. Sehingga kebermanfaatan dari sumber daya alam kita bisa lebih kita tingkatkan,” sambung Arcandra.
Sementara Direktur Utama PT CNI Derian Sakmiwata mengatakan, smelter ini ditargetkan akan mulai beroperasi pada akhir tahun 2021. “Pembangunan infrastruktur utama dan pendukung smelter ferronikel ini ditargetkan selesai pada Desember tahun 2021 dengan total nilai investasi sebesar Rp14,4 triliun,”kata Derian..
Pembangunan smelter ini nantinya akan terus diawasi oleh Kementerian ESDM, dengan melakukan pengawasan kemajuan pembangunan secara berkala setiap enam bulan. Serta ketersediaan cadangan bijih nikel untuk operasional fasilitas pemurnian.
Turut hadir dalam acara tersebut antara lain Gubernur Sulawesi Tenggara Ali Mazi, Bupati Kolaka Ahmad Syafei, Sekretaris Jenderal KESDM Ego Syahrial, Inspektur Jenderal KESDM Akhmad Syakhroza dan jajaran aparat Pemerintah Daerah.