Nova Farida
[email protected]
Jakarta-TAMBANG. Direktur Utama PT Supreme Energy, Triharyo Indrawan Susilo menuturkan anak usahanya PT Supreme Energy Rantau Dedap mendapatkan pinjaman sebesar US$ 50 juta dari Asian Development Bank (ADB) untuk pengembangan panas bumi di salah satu konsesi milik perusahaan di Rantau Dedap, Muara Enim, Sumatera Selatan.
Ia mengatakan, pinjaman ini merupakan untuk pertama kalinya dalam sejarah sebuah bank mau menginvestasikan dananya dalam bentuk pinjaman untuk kegiatan eksplorasi panas bumi. “Dan itu terjadi di Rantau Dedap,” ujar Triharyo, Kamis (6/11).
Investasi awal ini, dijelaskan Triharyo, untuk pengembangan energi panas bumi membutuhkan ekuitas yang sangat besar. Hal ini berbeda dengan investasi untuk energi baru dan terbarukan lainnya seperti hidro power, solar cell, maupun angin.
“Ini seperti migas atau tambang . Ekuitas awal untuk 100 MW cadangan , kita harus keluarkan dana US$ 100 juta. Kalau 200 MW kita keluarkan US$ 200 juta,” tegas dia.
Rencananya perusahaan akan membangun pembangkit listrik dengan kapasitas 240 MW untuk menyediakan listrik bagi kurang lebih 490.000 rumah tangga dengan nilai investasi total sebesar US$ 900 juta. Proyek ini merupakan bagian dari program percepatan pembangunan listrik 10.000 MW tahap II atau FTP II yang dicanangkan oleh pemerintah.
Saat ini, kata Triharyo, perusahaannya sudah membangun infrastruktur jalan sepanjang 40 kilo meter dan membuka banyak sekali well pad atau tempat pengeboran. Perusahaan juga sudah melakukan pengeboran eksplorasi pada tiga sumur. Sumur eksplorasi yang keempat sedang di Rantau Dedap sedang dibor saat ini.
Bersamaan, Investment Specialist at Private Sector Operation Department Asian Development Bank, Lazeena Rahman menambahkan dana yang disalurkan oleh banknya berasal dari Clean Technology Fund. Dana itu sengaja dikumpulkan dari negara-negara donor seperti Amerika Serikat, Jerman, Kanada dan lain-lain untuk mengembangkan energi baru terbarukan dengan bunga pinjaman yang murah. Hingga saat ini, dana yang berhasil dikumpulkan sebesar US$ 5 miliar .
Sekitar US$ 400 juta dari Clean Technology Fund itu dialokasikan untuk Indonesia. Dari dana tersebut, sekitar US$ 150 juta digunakan untuk membiayai geothermal. “Nah US$ 50 juta disalurkan untuk proyek Rantau Dedap,” urainya.