Jakarta – TAMBANG. PT Adaro Energy Tbk (IDX:ADRO) seriusi bisnis pembangkit listrik mulut tambang. Menurut perseroan, langkah ini dinilai paling tepat disaat harga komoditas sedang tidak bergairah.
Langkah strategis Adaro saat ini adalah berbisnis listrik di Indonesia bagian tengah dan timur. Direktur Keuangan Adaro Energy, David Tendian potensi bisnis ini cukup cerah di masa mendatang, sebab pemerintah saat ini fokus untuk mengembangkan pembangunan pembangkit listrik melalui mega proyek kelistrikan 35 ribu MW.
“Bisnis pembangkit listrik akan menjadi tulang punggung Adaro ke depannya,” ujarnya di Gedung BEI, selasa (2/8).
David yang baru kembali dari Sulawesi bercerita bahwa daerah pariwisata Wakatobi yang alamnya sangat indah, tidak ada listrik dari jam 6 pagi sampai jam 5 sore. Dirinya menyayangkan kawasan wisata yang menarik, tapi listrik saja tidak ada.
Rencana kedepan, pendapatan perseroan dari masing-masing unit bisnisnya yaitu pertambangan, logistik dan pembangkit akan sama rata. Sebab ketiga lini bisnis tersebut sangat berkaitan.
“Masing-masing kontribusinya sepertiga. Kita fokus ke powerplant karena hasil dari mining untuk mendukung powerplant. Logistik tetap diperlukan untuk mendukung di mining, jadi ketiganya saling berkaitan,” jelasnya.
Pada Q2 2016 Adaro mendapatkan penyelesaian keuangan untuk proyek pembangkit listrik 2×1000 MW di jawa tengah. Melalui PT Bhimasena Power Indonesia (BPI), suatu konsorsium antara Electric Power Development Co., Ltd (J-Power) – PT Adaro Power (AP) – Itochu Corporation (Itochu).
Saat ini, Adaro bersama para mitra sedang berfokus pada penyelesaian keuangan untuk PT Tanjung Power Indonesia (TPI), untuk membangun pembangkit listrik 2×100 MW di Tanjung, Kalimantan Selatan.