Beranda Batubara Pengusaha Batu Bara Minta Insentif Pajak

Pengusaha Batu Bara Minta Insentif Pajak

Jakarta – TAMBANG. Dalam kondisi rendahnya harga jual batu bara, pengusaha berharap pemerintah bisa memberikan rangsangan tax holliday, agar produksi dan ekspor bisa kembali menggeliat. Hal tersebut disampaikan saat Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla mengundang belasan petinggi perusahaan tambang ke Istana Negara, Rabu (15/4) sore.

 

“Sebagai pengusaha pasti kalau tingkat risikonya tinggi, kemudian ada pra kondisi pendanaan dan sebagainya, pasti memudahkan jika diberikan tax holiday,” ujar Milawarma, Direktur Utama PT Bukit Asam (Persero), Tbk, sebagai salah satu undangan yang hadir dalam pertemuan tersebut.

 

Menurutnya kebijakan meliburkan pajak tersebut sudah lazim diberlakukan di banyak negara untuk merangsang industri pertambangannya. Karena, menambang perlu modal yang besar sementara situasi pasar penuh ketidakpastian.

 

“Indonesia pernah menerapkan tax holiday saat pra produksi, saat investasi 10 tahun dibebaskan bayar pajak. Itu diterapkan saat Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara (PKP2B) generasi pertama. Sehingga meskipun industri batu bara yang sedang lesu, orang investasi besar-besaran karena tax holiday,” cerita direktur perusahaan tambang plat merah itu.

 

Selain itu, Presiden dan Wakil Presiden juga berkenan mendengar keluh kesah para pengusaha tambang. Masalah yang banyak jadi hambatan antara lain adalah soal perizinan serta keterbatasan infrastruktur.

 

“Jadi dalam hal ini Presiden menampung dulu, nantinya akan dicarikan solusinya oleh para menko dan menteri terkait,” kata Milawarma.

 

PTBA memang telah mengatasi solusi keterbatasan infrastruktur dengan membangun sendiri pelabuhan dan pembangkit listrik. Artinya, ada biaya investasi yang bertambah. Namun Milawarma tak menampik bahwa langkah strategis seperti peningkatan kapasitas pelabuhan bisa meningkatkan daya saing perusahaan.

 

“Kalau perusahaan nasional memiliki pelabuhan dan kapal dengan kapasitas yang sama dengan negara lain, maka kita dapat menjadi patokan harga batu bara yang selama ini mengacu pada index harga batu bara Australia,” ujarnya.

 

Gagasan tersebut tak lepas dari letak geografis Indonesia yang sangat strategis, karena dekat denagan konsumen utama batu bara. Selama ini, 80% batu bara yang diproduksi secara global mampu diserap oleh negara-negara di kawasan Asia Pasifik, terutama Cina, India, Jepang, Korea Selatan, Taiwan, dan Vietnam.