Jakarta-TAMBANG. Saat ini sektor pertambangan baik mineral maupun batu bara sedang mengalami masa sulit. Pelemahan harga komoditi khusus batu bara membuat perusahaan banyak melakukan efisiensi. salah satunya mengurangi pembelian alat berat yang baru dan menekan pembelian sparepart. Meski demikian bagi perusahaan alat berat seperti PT Trakindo Utama sektor ini masih menjadi andalan khusus di penjualan alat berat.
Hal ini diakui oleh Direktur & Chief Operating Officer (COO) Ali R. Alhabsyi yang menyebutkan sektor pertambangan masih menguasai pangsa pasar penjualan alat berat meski dibanding sebelumnya turun dari 65% akan menjadi 40-45%.
Selain sektor pertambangan Trakindo menurut Ali membidik sektor lain yang juga terlihat memiliki peluang seperti konstruksi, kehutanan dan perkebunan, serta bisnis mesin (engine) semisal alat pembangkit listrik. Trakindo juga ikut menjadi pelaku pasar di bisnis mesih dan peralatan untuk sektor kelautan, minyak, dan gas bumi meski secara pangsa pasar masih kecil.
Tahun 2015 ini, menurut Ali perusahaan membidik angka penjualan hingga 2.500 unit alat berat. Angka ini lebih tinggi dari pencapaian penjualan alat berat tahun lalu di angka 2.200 unit. Sedangkan untuk penjualan produk mesin semisal alat pembangkit listrik di 2014 sebanyak 900 unit. “Target engine di atas 1.000 unit,” ungkap Ali.
Trakindo merupakan salah satu perusahaan yang sudah memiliki sejarah panjang sebagai penyedia solusi alat berat khusus Caterpillar. Tahun ini perusahaan yang memiliki banyak anak usaha yang bergerak di banyak bidang usaha sudah mengarungi hampir 45 tahun. Untuk peningkatan layanan, perusahaan membangun jaringan 60 cabang di Indonesia. Trakindo juga mengembangkan manajemen rantai pasokan (supply chain) yang terintegrasi dengan maksud mengoptimalisasikan kegiatan operasional. Manajemen cara ini menjadi nilai tambah yang membantu pelanggan meraih kesuksesan.
Tidak hanya itu, proses bisnis yang efisien dilakukan Trakindo diantaranya manajemen cabang dengan sistem area. Ada tujuh area yakni Sumatra, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur & Utara, Jawa, Batu Hijau di Sumbawa (Nusa Tenggara Barat), Indonesia Timur, dan Tembaga pura (Papua). “Batu hijau dan Tembaga Pura dijadikan area khusus karena di sana banyak alat berat perusahaan yang beroperasi,”tandas Ali.
Untuk di ketahui di Batu Hijau (Sumbawa) ada tambang milik PT Newmont Nusa Tenggara. Sedangkan di Tembaga Pura, Papua beroperasi tambang tembaga terbesar di Indonesia PT Freeport Indonesia.