Beranda Tambang Today 2022, Antam Pastikan Olah Mineral Dalam Negeri

2022, Antam Pastikan Olah Mineral Dalam Negeri

RUPS PT Aneka Tambang (Antam), Kamis (12/4)

Jakarta, TAMBANG – Direktur Utama PT Aneka Tambang (Antam), Arie Prabowo Ariotedjo mengatakan, pihaknya memastikan tidak akan menggantungkan diri terhadap relaksasi ekspor. Saat masa ralaksasi habis, yaitu tahun 2022, seluruh produksi baik nikel kadar rendah atau bauksit tercuci milik Antam akan diolah di dalam negeri.

 

“Nanti di 2022 Januari itu yang tadinya kita ekspor nanti digunakan sendiri, diolah sendiri,” ungkap Arie Prabowo, usai memimpin Rapat Unum Pemegang Saham (RUPS) Tahunan Antam di Jakarta, Kamis (11/4).

 

Sebelumnya, pemerintah memberikan izin ekspor lantaran smelter di Indonesia belum siap mengolah produk dalam negeri. Perusahaan yang diberikan insentif itu diwajibkan untuk membangun smelter. Sehingga nantinya, saat smelter dalam negeri siap, tak ada lagi mineral yang diekspor.

 

Berbicara progres Smelter, Arie menyinggung soal rencana pembangunan Smelter Grade Alumnina Refinery (SGAR) di Mempawah, yang bekerjasama dengan induk perusahaannya, PT Asahan Alumunium (Inalum).

 

“Mengenai smelter Mempawah sendiri sedang tahap Bankable Fasibility Studies. Diharapkan akhir April ini selesai. Terkait legal pelaksanaan sedang kita proses. Diharapkan bulan Juni kelar pembebasan (lahan) selesai untuk daerah pabriknya,” kata Arie.

 

SGAR diproyeksikan mampu mengolah bauksit dengan kapasitas 1 Juta ton per tahun jadi Alumina dalam tahap satu. Salah satu bentuk sinergis holding tambang ini ditargetkan bisa Commercial Operation Date (COD) pada tahun 2021.

 

“Target Kita SGA itu di 2021 bisa COD. Kalau Mempawah ini apabila sudah groundbreaking tentu kita akan dapat tambahan kuota (ekspor) lagi. Kira-kira sekitar 2 juta ton untuk bauksit,” beber Arie.

 

Dalam jangka pendek, perusahaan-perusahaan mineral memang mengebut pembangunan Smelter untuk bisa menikmati rekomendasi ekspor. Tapi dalam jangka panjang, smelter yang dibangun diharapkan nantinya bisa menampung segala upaya hilirisasi.

 

Awal April lalu, berkat progress smelter, Antam mengantongi rekomendasi penjualan ekspor bijih nikel kadar rendah (<1,7% Ni) sebesar 2,7 juta ton dan bijih bauksit tercuci dengan kadar ≥42% Al2O3 sebesar 840 ribu ton. Insentif yang ini berlaku sampai 2019 akan ditambah lagi hingga 2 juta ton untuk bauksit manakala smelter Mempawah rampung sesuai targetnya.

 

Sebagaimana diketahui, relaksasi bergulir di awal tahun 2017, dan berlaku hingga 5 tahun, alias hingga Januari 2022. Pasalnya, pencanangan itu disesuaikan dengan lamanya pembangunan Smelter. Dalam Hal ini, Arie menyatakan, pembangunan smelter sebenarnya cukup dua tahun saja.

 

“Kita pikir kalau konstruksi itu dua tahun. Tapi banyak izin dulu yang harus Kita dapatkan, baik itu Amdal,” pungkas Arie.

 

Sebagai informasi, sepanjang 2017 Antam mampu memproduksi nikel hingga 5,5 juta ton. Sekitar 1,2 juta ton dialokasikan untuk pabriknya sendiri, dan sekitar 2,94 juta ton diekspor.