Beranda Tambang Today 2019, Boss Targetkan Lonjakan Pendapatan 50 Persen

2019, Boss Targetkan Lonjakan Pendapatan 50 Persen

Jakarta, TAMBANG – PT Borneo Olah Sarana memasang target kenaikan pendapatan 50 persen tahun 2019. Lonjakan revenue perusahaan berkode saham Boss ini akan diraih, lantaran harga batu bara kalori tinggi diperkirakan bakal stabil hingga penghujung tahun 2019.

 

“Hingga akhir September 2018, Boss mengantongi pendapatan Rp182 miliar, dengan laba bersih Rp30 miliar. Di akhir tahun 2019 pendapatan Boss akan meningkat 50 persen,” tutur Direktur Boss, Widodo Nurly Sumady, Jumat (18/1).

 

Menurut Widodo, pihaknya belum mengetahui nilai pendapatan Boss secara keseluruhan di tahun 2018. Pendapatan Boss di kuartal IV masih dalam proses audit, yang akan rilis di akhir Januari 2019.

 

Meski demikian, ia memastikan, pendapatan Boss di 2018 tumbuh sekitar 30 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Adapun pendapatan Boss selama 2017 sebesar Rp209,70 miliar, dengan asumsi pertumbuhan 30 persen, berarti Boss memperoleh pendapatan sekitar Rp272,61 miliar.

 

“Pendapatan kita punya buku di September sekitar Rp182 miliar, ini masih audit sampai Januari, tapi akan ada kenaikan sekitar 30 persen,” kata Widodo.

 

Apabila pendapatan pada tahun lalu sebanyak Rp272,61 miliar, dengan asumsi tumbuh 50 persen di 2019, maka Boss mematok target pendapatan sebanyak Rp408,91 miliar.

 

Mengenai stabilitas harga, Widodo menuturkan, pihaknya tidak merasakan fluktuasi harga yang dialami oleh batu bara kalori menengah ke bawah. Pasalnya, produksi Boss fokus pada batu bara kalori atas, sekitar 6800-7200 kcal.

 

Saat ini harga batu bara kalori tinggi masih stabil, bertengger di atas USD 95 per ton. Kondisi ini bersambut dengan pasar ekspor PT Boss, yang permintaannya terus meningkat.

 

“Market kita mostly developed country, Jepang, Korea, Taiwan. Berani beli harga tinggi untuk kalori tinggi. Harga New Castle bertahan sekitar 95-100 (dolar per ton),” beber Widodo.

 

Terkait produksi batu bara, PT Boss akan mencanangkan kenaikan pula, dari tahun 2018 yang hanya 200 ribu ton, menjadi 800 ribu ton di tahun 2019. Peningkatan produksi ditopang oleh tambang baru yang siap beroperasi tahun ini.

 

“Kita prediksi sekitar 800 ribu (ton), 400 ribu (ton) dari tambang pertama, dan 400 ribu (ton) tambang kedua,” ungkap Widodo.